Ticker

4/recent/ticker-posts

IMF: Ekonomi Dunia Lebih Tangguh dari Perkiraan, tapi Risiko Global Masih Tinggi

Daftar Isi [Tampilkan]


📌 Pokok Berita:

  • IMF menilai ekonomi global lebih kuat dari ekspektasi, meski pertumbuhan jangka menengah masih moderat di sekitar 3%.
  • Ketahanan ekonomi dunia didukung oleh kebijakan fiskal dan moneter yang solid, adaptasi sektor swasta, serta kondisi keuangan global yang lebih stabil.
  • IMF menyerukan reformasi regional: penguatan perdagangan Asia, reformasi bisnis Afrika, dan percepatan integrasi pasar tunggal di Eropa.

 

Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Kristalina Georgieva, menyatakan bahwa ekonomi global menunjukkan kinerja yang lebih baik dari perkiraan sebelumnya, meskipun dunia masih dihadapkan pada ketidakpastian tinggi dan prospek pertumbuhan yang moderat.

“Ekonomi dunia berjalan lebih baik dari yang ditakutkan, tetapi masih belum cukup baik seperti yang dibutuhkan,” kata Georgieva dalam pidato pra-pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia di Washington, Rabu (8/10).

Menurutnya, IMF kini memperkirakan pertumbuhan ekonomi global hanya akan sedikit melambat pada 2025, didorong oleh pemulihan yang solid di Amerika Serikat serta peningkatan aktivitas ekonomi di sejumlah negara maju dan berkembang seperti India, Indonesia, dan Meksiko.

 

Ketahanan Ekonomi Dunia Lebih Kuat dari Ekspektasi

Georgieva menjelaskan bahwa perekonomian global berhasil bertahan dari guncangan besar beberapa tahun terakhir — mulai dari pandemi, inflasi tinggi, hingga tensi geopolitik — berkat kebijakan pemerintah yang lebih kuat, adaptasi sektor swasta, dan kondisi keuangan yang relatif mendukung.

“Dunia telah menghindari perang dagang besar — sejauh ini,” ujarnya. Ia mencatat bahwa tarif rata-rata Amerika Serikat telah turun dari 23% pada April menjadi 17,5% saat ini, meskipun tarif efektifnya sekitar 10% masih jauh lebih tinggi dibandingkan negara lain.

Meski demikian, Georgieva memperingatkan bahwa dampak penuh kebijakan tarif dan proteksionisme baru AS belum sepenuhnya terlihat. “Ketahanan ekonomi dunia masih akan diuji lebih jauh,” katanya.

 

Prospek Pertumbuhan Masih Moderat

Dalam proyeksi terbarunya, IMF memperkirakan pertumbuhan global bertahan di kisaran 3%, jauh di bawah rata-rata pra-pandemi sebesar 3,7%.

Georgieva menyoroti adanya pergeseran struktur pertumbuhan global, dengan perlambatan ekonomi Tiongkok di satu sisi dan meningkatnya peran India sebagai mesin pertumbuhan baru. Negara-negara berkembang seperti Vietnam, Indonesia, dan Filipina juga diperkirakan menjadi penyokong stabilitas kawasan Asia dalam beberapa tahun mendatang.

“Dunia kini sedang menyesuaikan diri dengan realitas baru: pertumbuhan yang lebih rendah, produktivitas yang lebih lemah, dan ketimpangan yang meningkat,” ujar Georgieva. “Tantangan utamanya bukan lagi menghindari resesi, melainkan bagaimana meningkatkan potensi ekonomi jangka menengah.”

 

Rekomendasi Reformasi: Fokus Regional

Dalam pidatonya, Georgieva menyerukan agar negara-negara mempercepat reformasi struktural dan memperkuat kerja sama internasional, terutama di bidang perdagangan dan investasi.

Untuk Asia, IMF mendorong pendalaman perdagangan intra-kawasan, penguatan sektor jasa, serta peningkatan akses ke pembiayaan bagi UMKM agar kawasan ini tetap menjadi pusat pertumbuhan global.

Untuk Afrika, IMF menilai pentingnya reformasi ramah bisnis dan implementasi efektif Kawasan Perdagangan Bebas Benua Afrika (AfCFTA), yang berpotensi meningkatkan PDB riil per kapita lebih dari 10% jika dijalankan dengan konsisten.

Sementara untuk Eropa, Georgieva menegaskan perlunya reformasi mendalam guna meningkatkan daya saing dan inovasi. Ia bahkan mengusulkan agar Uni Eropa menunjuk “Komisaris Pasar Tunggal” yang bertanggung jawab mempercepat integrasi sektor jasa keuangan dan energi lintas negara anggota.

“Eropa harus belajar mengejar dinamika sektor swasta seperti di Amerika Serikat,” tegasnya. “Ini bukan langkah mudah, tapi sangat dibutuhkan untuk mempertahankan daya saing global.”

 

Tantangan Fiskal dan Konsumsi Domestik

Bagi Amerika Serikat, IMF menyerukan agar pemerintah mengatasi defisit fiskal yang membengkak dan mendorong peningkatan tabungan rumah tangga untuk menjaga kestabilan jangka panjang.

Sementara itu, bagi Tiongkok, Georgieva menekankan perlunya reformasi fiskal dan pergeseran model ekonomi — dari ketergantungan pada investasi industri dan properti menuju pertumbuhan berbasis konsumsi domestik.

“China perlu memperkuat jaring pengaman sosial dan memperluas akses pembiayaan rumah tangga agar konsumsi bisa menjadi pendorong utama pertumbuhan,” ujarnya.

Pertemuan tahunan IMF–Bank Dunia 2025, yang akan digelar pekan depan di Washington, D.C., diharapkan menjadi momentum penting bagi para menteri keuangan dan gubernur bank sentral dunia untuk memperkuat koordinasi kebijakan fiskal, moneter, dan perdagangan global.

“Ketahanan ekonomi dunia adalah hasil dari kebijakan yang tepat dan kolaborasi yang kuat. Namun dunia tidak boleh puas diri — reformasi dan kerja sama harus terus dilanjutkan,” tutup Georgieva.

 

Posting Komentar

0 Komentar