Receh.in – Industri reksa dana kembali menunjukkan konsolidasi menarik pada Oktober 2025. Dana kelolaan atau asset under management (AUM) di sejumlah produk unggulan tumbuh stabil, terutama pada kategori pendapatan tetap dan pasar uang yang masih menjadi favorit investor domestik saat volatilitas pasar meningkat.
Berikut daftar 10 reksa dana dengan AUM terbesar per 31 Oktober 2025, lengkap dengan profil singkat dan sorotan masing-masing produk.
1. Danamas Stabil — Sinarmas Asset Management
Jenis: Pendapatan Tetap (Konvensional)
AUM: Rp15,48 triliun
Sebagai reksa dana dengan dana kelolaan terbesar, Danamas Stabil tetap menjadi
pilihan banyak investor institusi. Dominasi produk ini ditopang alokasi
obligasi berkualitas serta reputasi MI yang kuat dalam mengelola portofolio
pendapatan tetap. Unit penyertaan mencapai 3,03 miliar pada akhir Oktober.
2. Batavia Dana Kas Maxima — Batavia Prosperindo Aset Manajemen
Jenis: Pasar Uang
AUM: Rp13,87 triliun
Reksa dana pasar uang terbesar di Indonesia pada Oktober 2025. Produk ini
sangat likuid, dengan volatilitas minimal, sehingga cocok untuk investor jangka
pendek. Unit penyertaan tumbuh menjadi 7,43 miliar.
3. STAR Stable Income Fund Kelas Utama — Surya Timur Alam Raya
Jenis: Pendapatan Tetap
AUM: Rp13,66 triliun
Sebagai pendatang baru yang agresif, STAR Stable Income Fund menunjukkan
akselerasi cepat dalam menghimpun AUM. Fokus pada obligasi high grade
membuatnya menarik bagi investor institusi.
4. Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A — Trimegah Asset Management
Jenis: Pendapatan Tetap Syariah
AUM: Rp10,26 triliun
Produk syariah terbesar di kategori pendapatan tetap. AUM tumbuh kuat dengan
unit penyertaan 6,83 miliar. Ini menunjukkan minat tinggi terhadap produk
investasi berbasis prinsip syariah.
5. Manulife Obligasi Unggulan Kelas A — Manulife Aset Manajemen Indonesia
Jenis: Pendapatan Tetap
AUM: Rp10,22 triliun
Didukung diversifikasi obligasi pemerintah dan korporasi, produk ini konsisten
menjaga posisi sebagai salah satu reksa dana pendapatan tetap terbesar.
6. Mandiri Investa Pasar Uang Kelas A — Mandiri Manajemen Investasi
Jenis: Pasar Uang
AUM: Rp9,40 triliun
Produk pasar uang unggulan dari MMI ini tetap menjadi pilihan investor yang
mengutamakan likuiditas dan risiko rendah.
7. Eastspring Investments IDR High Grade Kelas A — Eastspring Indonesia
Jenis: Pendapatan Tetap
AUM: Rp9,03 triliun
Dengan fokus pada obligasi berperingkat tinggi, reksa dana ini mampu menjaga
stabilitas imbal hasil dan pertumbuhan asset base.
8. Sucorinvest Money Market Fund — Sucorinvest Asset Management
Jenis: Pasar Uang
AUM: Rp8,55 triliun
Dikenal sebagai produk pasar uang dengan performa kompetitif, SMF mendapatkan
arus masuk konsisten dari investor ritel maupun institusi.
9. Sucorinvest Sharia Money Market Fund — Sucorinvest Asset Management
Jenis: Pasar Uang Syariah
AUM: Rp8,15 triliun
Menjadi reksa dana pasar uang syariah terbesar, SMMF Syariah menunjukkan
peningkatan minat terhadap produk halal berisiko rendah.
10. ABF Indonesia Bond Index Fund — Bahana TCW
Jenis: ETF Pendapatan Tetap (Indeks)
AUM: Rp7,90 triliun
Sebagai ETF obligasi indeks terbesar, ABF memberikan alternatif efisien bagi
investor yang menginginkan eksposur luas terhadap pasar surat utang Indonesia.
Unit penyertaan mencapai 132 juta.
Analisis: Dominasi Pendapatan Tetap dan Pasar Uang Tunjukkan Kecenderungan Risk-Off
Peta AUM per Oktober 2025 menunjukkan tren yang cukup kuat: investor cenderung masuk ke produk defensif seperti pendapatan tetap dan pasar uang. Lonjakan volatilitas global, ketidakpastian suku bunga, serta arus dana institusi yang mencari stabilitas, membuat kedua kategori ini mendominasi daftar 10 besar.
Produk syariah juga terlihat semakin signifikan, dengan dua produk—Trimegah Dana Tetap Syariah dan Sucorinvest Sharia Money Market Fund—masuk ke jajaran teratas. Ini menandai meningkatnya minat pada instrumen berbasis prinsip halal yang menawarkan risiko rendah dan stabilitas jangka pendek.
Ke depan, arah suku bunga global serta kebijakan fiskal akan sangat memengaruhi arus dana di sektor reksa dana. Jika tekanan global mereda, kemungkinan terjadi rotasi ke produk yang lebih agresif seperti campuran atau saham. Namun untuk saat ini, kecenderungan pasar masih condong ke instrumen berisiko rendah dan likuid.
0 Komentar