Ticker

4/recent/ticker-posts

IHSG Berpotensi Melemah di Awal November 2025, WH Project: Tren Menguat Mulai Masuki Fase Jenuh

Daftar Isi [Tampilkan]


Receh.in —
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melanjutkan pelemahan pada awal perdagangan November 2025, setelah akhir pekan lalu terkoreksi 0,25% ke level 8.163. Aktivitas pasar juga menunjukkan pelemahan minat transaksi dengan nilai perdagangan turun menjadi Rp19,18 triliun, dari sebelumnya Rp21,81 triliun.

Pada perdagangan Jumat (31/10), tercatat 377 saham melemah, 272 saham menguat, dan 161 saham stagnan, menandakan pasar mulai bergerak hati-hati di tengah fase konsolidasi pasca reli panjang sejak pertengahan tahun.

 

Tren Masih Positif, Tapi Fase Jenuh Mulai Terbentuk

Menurut WH Project, lembaga riset dan trading saham, IHSG secara umum masih berada dalam tren menguat, namun telah mencapai fase jenuh teknikal setelah mencatat kenaikan selama empat bulan berturut-turut.

“Secara historis, November merupakan bulan dengan kecenderungan pelemahan tertinggi dalam setahun, meskipun masih dalam tren positif jangka menengah,” ujar William Hartanto, analis WH Project, dalam riset hariannya, Senin (3/11).

William menjelaskan bahwa secara teknikal, IHSG telah membentuk pola “spinning top” pada grafik bulanan Oktober — formasi yang menunjukkan potensi kejenuhan tren naik (trend exhaustion) dan sinyal awal pembalikan arah (reversal).

“Pola ini serupa dengan doji, namun tidak berakhir pada titik yang sama. Artinya, pasar mulai ragu untuk melanjutkan reli, sehingga koreksi ringan sangat mungkin terjadi,” jelasnya.

 

November: Bulan Koreksi Musiman

Mengacu pada data historis, WH Project mencatat bahwa peluang koreksi IHSG di bulan November mencapai 37%, menjadikannya bulan dengan probabilitas pelemahan tertinggi dalam siklus tahunan.

Namun, William menegaskan bahwa koreksi yang terjadi pada November umumnya bersifat terbatas dan bersifat teknikal, bukan indikasi pembalikan tren jangka panjang.

“Kecenderungan melemah pada November tidak separah sentimen ‘Sell in May and Go Away’ atau ‘September Slump’. Biasanya, pasar akan kembali rebound menjelang akhir tahun didorong window dressing,” tambahnya.

 

Rekomendasi Saham: Akumulasi pada Sektor Perbankan dan Konsumer

Untuk menghadapi potensi koreksi jangka pendek ini, WH Project merekomendasikan investor melakukan akumulasi bertahap (buy on weakness) pada saham-saham berfundamental kuat dengan valuasi menarik, yaitu:

  • 🏦 BBCA – Stabil secara fundamental dengan potensi pertumbuhan laba perbankan yang solid.
  • 🚬 HMSP – Sentimen positif dari penurunan tekanan cukai dan stabilitas permintaan domestik.
  • 💳 BMRI – Momentum positif dari kinerja kredit dan prospek dividen tinggi.
  • 🛍️ RALS – Potensi rebound menjelang musim belanja akhir tahun dan strategi ekspansi omnichannel.

Menurut William, saham-saham tersebut cocok untuk strategi akumulasi jangka menengah karena masih memiliki ruang apresiasi setelah periode konsolidasi November.

 

Outlook: Koreksi Sehat Sebelum Window Dressing

Secara keseluruhan, analis menilai koreksi IHSG pada awal November adalah fase alami dari tren bullish panjang yang sudah berlangsung sejak Juli 2025.

“Koreksi November adalah jeda sehat sebelum reli akhir tahun. Selama level support 8.000 bertahan, IHSG masih dalam tren naik jangka menengah,” tegas William.

Dengan demikian, investor disarankan untuk tetap selektif dan disiplin menambah posisi saat harga terkoreksi, sembari menunggu momentum window dressing yang biasanya terjadi mulai pertengahan Desember.

 

Posting Komentar

0 Komentar