Receh.in – Sejumlah investor kelas dunia seperti
BlackRock, Vanguard, dan FMR LLC kompak mengakumulasi saham PT Dian Swastatika
Sentosa Tbk. (DSSA) sejak Agustus 2025. Aksi agresif investor institusi ini
berlangsung di tengah ekspansi besar Sinar Mas Group ke sektor energi
terbarukan dan internet berbiaya rendah.
Di pasar, saham DSSA ditutup di Rp97.200 pada Senin (17/11), melesat 6,58% dalam sehari dan sudah melambung 160,59% year to date. Pergerakan ekstrem ini membuat DSSA menjadi salah satu saham energi–teknologi paling diperhatikan sepanjang 2025.
Vanguard & BlackRock Jadi Kolektor Terbesar Saham DSSA
Data Bloomberg menunjukkan Vanguard adalah investor global yang paling agresif memborong saham DSSA. Sejak pertama kali muncul di daftar pemegang saham pada Agustus 2025 dengan 1,29 juta lembar, jumlah saham yang dipegang Vanguard meroket menjadi 38,02 juta per November 2025—membuatnya berada di posisi ketiga pemegang saham terbesar DSSA.
Tepat di bawahnya, BlackRock juga memulai akumulasi pada periode yang sama. Hingga pertengahan November, institusi manajemen aset terbesar di dunia ini telah menggenggam 23,79 juta saham DSSA, termasuk tambahan lebih dari 208 ribu lembar hanya dalam November.
Investor besar lain seperti FMR LLC (4,50 juta lembar) dan Credit Agricole Group (3,84 juta lembar) turut masuk barisan pemborong. Pola akumulasi teratur sejak Agustus mengindikasikan keyakinan investor global bahwa DSSA sedang memasuki fase transformasi strategis.
Perlu dicatat, DSSA resmi masuk MSCI Global Standard Index dan FTSE Global Equity Series pada Agustus 2025. Masuknya DSSA ke indeks global inilah yang kerap memicu aliran modal dari investor institusi internasional.
Bisnis Panas Bumi: Target 440 MW di Enam Lokasi Strategis
Pergerakan investor ini terjadi di saat DSSA memperluas fondasi bisnis di luar batu bara. Walaupun laba semester I/2025 turun 44,88% YoY akibat melemahnya lini batubara, DSSA justru semakin agresif masuk ke sektor energi bersih—khususnya panas bumi.
Melalui DSSR Daya Mas Sakti (DSSR), perusahaan menggandeng FirstGen Geothermal Indonesia, bagian dari grup energi terbarukan terbesar di Filipina. Kedua pihak mendirikan PT Daya Mas Bumi Sentosa (DMBS) sebagai kendaraan eksplorasi dan pengembangan proyek geothermal.
DMBS menargetkan proyek panas bumi dengan kapasitas awal 440 MW, tersebar di enam wilayah:
- Jawa Barat
- Nusa Tenggara Timur
- Jambi
- Sumatra Barat
- Sulawesi Tengah
- Satu lokasi tambahan yang juga berada dalam jalur eksplorasi prioritas
Dengan langkah ini, DSSA menempatkan dirinya sebagai pemain baru yang serius di sektor EBT, sekaligus mengurangi ketergantungan jangka panjang terhadap pendapatan batu bara.
Internet Murah 1,4 GHz: Gebrakan MyRepublic untuk Wilayah di Luar Jawa
Selain panas bumi, DSSA juga tancap gas di bisnis digital. Anak usaha PT Eka Mas Republik (MyRepublic) keluar sebagai pemenang lelang frekuensi 1,4 GHz untuk regional 2 dan 3. Spektrum ini ideal untuk layanan Fixed Wireless Access (FWA)—solusi internet rumah dengan jangkauan luas dan infrastruktur efisien.
Langkah ini membuka peluang besar bagi MyRepublic untuk mempercepat penetrasi internet di wilayah:
- Sumatra
- Bali
- Nusa Tenggara
- Kalimantan
- Sulawesi
Wilayah-wilayah tersebut memiliki kebutuhan konektivitas tinggi, tetapi masih memiliki tingkat penetrasi internet rumah yang terbatas. Dengan kombinasi FWA 1,4 GHz dan jaringan fiber optik (FTTH) yang sudah dimiliki, MyRepublic mengincar peningkatan jangkauan sekaligus kualitas layanan.
Strategi fokus di luar Jawa ini dinilai tepat karena pertumbuhan konsumsi digital di wilayah tersebut sedang menanjak, sementara kompetisi belum seketat pasar utama di Pulau Jawa.
Transformasi DSSA Direspons Investor Global
Aksi akumulasi terstruktur oleh Vanguard, BlackRock, hingga Credit Agricole menunjukkan bahwa pasar internasional melihat peluang jangka panjang pada transformasi DSSA.
Dari ekspansi panas bumi 440 MW hingga penetrasi internet murah berbasis FWA di luar Jawa, DSSA sedang mengalihkan pilar pertumbuhan dari batu bara ke energi bersih dan infrastruktur digital—dua sektor yang menjadi tulang punggung ekonomi masa depan.
Meski laba semester I masih tertekan, arah bisnis DSSA menunjukkan sinyal bahwa perusahaan ini sedang membangun fondasi baru untuk pertumbuhan berkelanjutan. Dengan dukungan investor global dan momentum indeks MSCI, DSSA berpotensi tetap menjadi salah satu saham berbasis energi–digital paling menarik menjelang 2026.
0 Komentar