Ticker

4/recent/ticker-posts

Kinerja HMSP dan GGRM Melesat di Kuartal III/2025, Strategi Efisiensi dan Product Mix Dongkrak Margin

Daftar Isi [Tampilkan]


Receh.in
– Dua raksasa industri rokok nasional, PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk. (GGRM), kompak menunjukkan perbaikan kinerja pada kuartal III/2025. Momentum ini menandai pemulihan industri setelah melewati tekanan daya beli dan kebijakan cukai yang ketat dalam beberapa tahun terakhir.

Berdasarkan riset Panin Sekuritas, HMSP berhasil mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp28,57 triliun, naik 24,6% dibanding kuartal sebelumnya (QtQ), meski secara tahunan masih melemah 6,8% (YoY). Pertumbuhan ini mendorong laba kotor naik 13,7% menjadi Rp5,76 triliun, dengan gross profit margin (GPM) meningkat tajam menjadi 20,2% dari 17,5% pada kuartal II/2025.

Peningkatan margin tersebut menunjukkan efisiensi biaya produksi yang semakin baik. Sampoerna juga mencatat operating profit margin (OPM) sebesar 10,4%, naik signifikan dari 6,1% di kuartal sebelumnya, sementara net profit margin (NPM) melonjak menjadi 8,3% dari hanya 0,8%. Lonjakan margin bersih ini mencerminkan keberhasilan strategi efisiensi biaya promosi, penataan ulang portofolio produk, serta tidak adanya beban pajak tambahan seperti yang terjadi pada kuartal II/2025.

Secara kumulatif Januari–September 2025, HMSP masih membukukan laba bersih Rp4,5 triliun, turun 13,65% YoY, namun dengan tren margin yang terus membaik. Panin Sekuritas memperkirakan Sampoerna akan membukukan pertumbuhan margin lebih tinggi pada 2026, didorong oleh peningkatan penjualan di segmen sigaret kretek tangan (SKT) dan sigaret kretek mesin (SKM) tier II dengan strategi harga moderat 1–3% YoY.

 

Gudang Garam Tancap Gas, Efisiensi Jadi Kunci

Tak mau ketinggalan, Gudang Garam (GGRM) juga menunjukkan kebangkitan kinerja pada kuartal III/2025. Emiten yang berbasis di Kediri ini membukukan gross profit margin (GPM) sebesar 11,0%, naik dari 8,4% di kuartal II/2025. Sementara operating profit margin (OPM) melonjak dari 0,8% menjadi 4,9%, dan net profit margin (NPM) meningkat ke level 4,3% dari 0,1% sebelumnya.

Perbaikan ini didorong oleh strategi product mix yang lebih efisien dalam menekan beban cukai, dari 75% menjadi 71% terhadap total pendapatan. GGRM juga berhasil memangkas biaya operasional hingga 31% YoY, memperlihatkan disiplin tinggi dalam pengelolaan beban usaha.

Secara volume, industri rokok nasional juga mencatatkan pemulihan dengan total penjualan mencapai sekitar 66 miliar batang pada kuartal III/2025. Kondisi ini memberi ruang bagi GGRM untuk memperkuat kinerja di segmen SKM dan SKT yang memiliki margin lebih stabil.

Sepanjang Januari–September 2025, GGRM mengantongi laba bersih Rp1,1 triliun, tumbuh 11,5% YoY, meski GPM secara kumulatif masih sedikit menurun menjadi 9,4%. Hasil positif kuartal ketiga ini mendorong Panin Sekuritas menaikkan proyeksi laba bersih GGRM hingga 45% untuk 2025 dan 70% untuk 2026, seiring ekspektasi efisiensi operasional berkelanjutan.

 

Prospek Cerah 2026: Margin Rokok Kian Mengembang

Kedua emiten rokok besar ini menunjukkan pola pemulihan yang serupa—berfokus pada efisiensi biaya, perbaikan product mix, dan strategi harga yang terukur. Dengan asumsi tidak ada kenaikan signifikan pada tarif cukai tahun depan, beban pita cukai diperkirakan tetap di kisaran 54%–56% terhadap pendapatan, memberi ruang ekspansi margin lebih lanjut.

Panin Sekuritas memperkirakan HMSP akan mencatatkan pertumbuhan laba bersih hingga 36% YoY pada 2025, sementara GGRM berpotensi membukukan lonjakan hingga 45%.

Tren ini menandai fase pemulihan yang semakin nyata bagi industri rokok domestik. Meski dihadapkan pada tantangan regulasi dan perubahan perilaku konsumen, strategi efisiensi dan penguatan segmen menengah ke bawah terbukti menjadi kunci untuk menjaga margin tetap menyala di tengah tekanan pasar.

 

Posting Komentar

0 Komentar