Receh.in — Emiten perkebunan sawit PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) mencatat laba inti (core net profit) sebesar Rp1,2 triliun pada periode Januari–September 2025, tumbuh 43% secara tahunan (year-on-year).
Kinerja tersebut melampaui ekspektasi konsensus analis, meski sedikit di bawah perkiraan internal akibat harga jual CPO dan kernel yang lebih rendah dari estimasi serta kenaikan biaya produksi di kuartal III-2025.
Menurut laporan IPS Research yang disusun Halima Yefany dan Aurelia Barus, capaian laba bersih itu merefleksikan 55% dari estimasi internal dan 80% dari proyeksi konsensus, berada dalam kisaran rata-rata historis tiga tahun sebesar 58%.
“Hasilnya secara kasat mata tampak sejalan dengan ekspektasi kami, namun secara struktural sedikit di bawah target karena realisasi harga jual CPO dan kernel belum sepenuhnya sesuai harapan,” tulis IPS dalam riset, Senin (3/11).
Penjualan Melonjak 35% Didukung Pelepasan Stok
Pada kuartal III-2025, LSIP mencatat pendapatan Rp1,6
triliun, naik 59% secara kuartalan (qoq), berkat peningkatan
volume penjualan sebesar 67% qoq menjadi 115 ribu ton.
Kenaikan tersebut jauh melampaui pertumbuhan produksi sawit yang hanya +10%
qoq, menunjukkan perusahaan melepas persediaan (inventory flush)
yang sebelumnya tertahan di semester I.
Secara kumulatif, pendapatan LSIP mencapai Rp4 triliun
pada 9M25, tumbuh 35% yoy.
Sementara EBITDA meningkat 35% yoy menjadi Rp1,5 triliun, setara 56%
dari estimasi internal dan 69% dari konsensus analis.
“Kami memperkirakan pelepasan stok besar-besaran di kuartal III menyebabkan kenaikan beban pokok penjualan, namun tetap menjaga arus kas positif,” tulis IPS.
Harga CPO & Kernel Masih di Bawah Ekspektasi
Rata-rata harga jual minyak sawit mentah (CPO)
tercatat Rp14,1 juta per ton, naik 14% yoy namun baru 95% dari
estimasi IPS.
Sementara harga kernel meningkat tajam 80% yoy menjadi Rp12,7 juta
per ton, masih di bawah proyeksi sebesar 92%.
Kondisi ini menunjukkan bahwa kenaikan harga tidak sepenuhnya menutup
kenaikan biaya operasional, terutama setelah perusahaan menggunakan stok
lama dengan biaya lebih tinggi.
Meski begitu, neraca keuangan LSIP tetap kuat. Hingga akhir September 2025, perusahaan mencatat posisi kas bersih tanpa utang (zero debt), sesuai target manajemen untuk mempertahankan struktur permodalan konservatif.
Valuasi Masih Menarik, Risiko Minim
Analis IPS mempertahankan rekomendasi BUY untuk saham
LSIP dengan target harga Rp1.500 per saham, didukung valuasi
menarik dan fundamental yang sehat.
Tim riset juga menilai risiko dari isu penggunaan lahan kehutanan
tergolong minimal, berdasarkan data Greenpeace yang menunjukkan hanya
sekitar 100 hektare (0,1%) dari total area LSIP yang mungkin terdampak.
“Jika ada penalti, dampak ke laba hanya sekitar Rp25 miliar atau kurang dari 1% dari proyeksi laba 2025,” ujar IPS.
Prospek ke Depan
Dengan persediaan yang menurun dan proyeksi produksi
stabil di kuartal IV-2025, LSIP berpotensi mencatat arus kas yang lebih
kuat menjelang akhir tahun.
Harga CPO yang mulai stabil di kisaran RM3.700–3.800 per ton juga dapat
menjadi penopang margin laba perusahaan.
“Kami melihat ruang kenaikan terbuka karena valuasi LSIP masih murah, sementara kinerja 9M25 sudah menunjukkan kemampuan perusahaan menjaga pertumbuhan di tengah fluktuasi harga sawit,” tulis laporan IPS.
Ringkasan Kinerja LSIP (9M25)
| 
    Indikator  | 
   
    9M25  | 
   
    Perubahan  | 
   
    Keterangan  | 
  
| 
   Laba Bersih Inti (Core NP)  | 
  
   Rp1,2 triliun  | 
  
   +43% yoy  | 
  
   Di atas konsensus analis  | 
 
| 
   Pendapatan  | 
  
   Rp4,0 triliun  | 
  
   +35% yoy  | 
  
   Didukung pelepasan stok  | 
 
| 
   EBITDA  | 
  
   Rp1,5 triliun  | 
  
   +35% yoy  | 
  
   Margin tetap kuat  | 
 
| 
   Harga CPO Rata-rata  | 
  
   Rp14,1 juta/ton  | 
  
   +14% yoy  | 
  
   95% dari estimasi  | 
 
| 
   Harga Kernel Rata-rata  | 
  
   Rp12,7 juta/ton  | 
  
   +80% yoy  | 
  
   92% dari estimasi  | 
 
| 
   Total Penjualan Sawit  | 
  
   268 ribu ton  | 
  
   +11% yoy  | 
  
   71% dari target tahunan  | 
 
| 
   Posisi Utang  | 
  
   Nihil  | 
  
   —  | 
  
   Neraca sehat, kas kuat  | 
 
Dengan kenaikan laba bersih 43% dan posisi keuangan tanpa
utang, LSIP (PTPP London Sumatra Indonesia Tbk) menunjukkan fundamental
solid di tengah volatilitas harga sawit global.
Pelepasan stok besar di 3Q25 meningkatkan penjualan dan margin operasional,
sementara valuasi yang murah menjadikan saham LSIP tetap menarik untuk
akumulasi dengan target Rp1.500 per saham.

0 Komentar