Receh.in – Lonjakan aktivitas perdagangan saham PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) dalam dua pekan terakhir memicu perhatian pasar. Volume dan nilai transaksi yang biasanya relatif moderat tiba-tiba melejit tajam, menandai adanya pergerakan besar dari sejumlah investor institusi global. Di saat bersamaan, perseroan baru saja menuntaskan RUPSLB yang menghasilkan perubahan struktur manajemen.
Fenomena ini membuat BUMI kembali menjadi salah satu saham paling ramai diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) jelang akhir November 2025.
Transaksi Melonjak Drastis: Dari Rp892 Miliar Jadi Rp26,6 Triliun
Data Bloomberg memperlihatkan lonjakan nilai transaksi yang sangat tidak biasa. Pada pekan pertama November, total transaksi BUMI hanya sekitar Rp892,48 miliar. Namun, pada periode 11–14 November, angkanya melesat menjadi Rp17,81 triliun, disusul pekan berikutnya yang tetap tinggi di Rp8,84 triliun.
Artinya, dalam dua pekan, transaksi BUMI mencapai lebih dari Rp26,6 triliun—naik puluhan kali lipat dibandingkan minggu sebelumnya. Besarnya transaksi ini menunjukkan masuknya pelaku pasar berkapitalisasi besar atau adanya rotasi posisi signifikan.
Lonjakan transaksi tersebut bersamaan dengan kenaikan harga saham BUMI yang menembus Rp220 per akhir pekan lalu, atau melesat lebih dari 66% dalam sebulan.
Investor Besar Bergerak: Siapa yang Menambah, Siapa yang Melepas?
Di balik transaksi jumbo itu, sejumlah manajer investasi global terlihat melakukan penyesuaian kepemilikan.
- Dimensional Fund Advisors LP tercatat membeli 78,82 juta saham pada 20 November, meningkatkan kepemilikan menjadi 954,96 juta lembar.
- BlackRock Inc. juga menambah 1,38 juta lembar sehingga total kepemilikan naik menjadi 1,94 miliar saham.
- Sementara itu, WisdomTree Inc. memilih mengurangi posisi dengan melepas 1,12 juta saham dan memangkas kepemilikan menjadi 61,09 juta lembar.
- Pergerakan terbesar ada pada Chengdong Investment, yang menjual 305,07 juta saham pada 19 November, menurunkan porsi kepemilikan menjadi 29,75 miliar lembar.
Dinamika beli-jual investor global ini memperkuat dugaan bahwa kenaikan transaksi bukan hanya bersifat ritel, melainkan berasal dari strategi reposisi portofolio institusi besar.
Efek RUPSLB: Pergantian Manajemen Jadi Sorotan
Peningkatan minat pasar terjadi tidak lama setelah BUMI menyelesaikan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 19 November 2025. Rapat tersebut dihadiri pemegang saham yang mewakili lebih dari 80% hak suara, menegaskan bobot keputusan yang disahkan.
Agenda utama rapat berfokus pada perubahan struktur direksi dan komisaris. RUPSLB menyetujui:
- Pengunduran diri Jinping Ma dari kursi komisaris.
- Pengunduran diri Yingbin Ian He dari jabatan direktur.
- Purna tugas Ashok Mitra dari posisi direktur.
- Pengangkatan Christopher Fong sebagai direktur baru, dengan masa jabatan hingga RUPS Tahunan 2030.
Pergantian komposisi manajemen kunci sering memicu revaluasi prospek perusahaan oleh investor, terutama jika terkait arah strategis baru atau restrukturisasi operasional.
Arah Sinyal Pasar: Euforia atau Reposisi Strategis?
Kombinasi lonjakan transaksi, pergerakan investor institusi, serta restrukturisasi manajemen membuat saham BUMI berada dalam momentum yang jarang terlihat dalam beberapa tahun terakhir. Bagi sebagian pelaku pasar, intensitas transaksi menunjukkan masuknya modal besar yang percaya terhadap potensi valuasi jangka menengah. Namun, aksi jual signifikan dari salah satu pemegang saham besar menandakan adanya reposisi yang mungkin dipengaruhi kebutuhan likuiditas atau strategi manajemen risiko portofolio.
Perubahan direksi juga berpotensi menjadi pemicu revaluasi karena pasar biasanya menilai apakah formasi baru mampu meningkatkan tata kelola dan profitabilitas perusahaan. Dengan volatilitas yang tinggi dan data transaksi institusi yang terus bergerak, arah harga BUMI ke depan masih sangat dipengaruhi oleh sentimen jangka pendek dan ekspektasi terhadap langkah strategis manajemen baru.
0 Komentar