Receh.in – PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) kembali menjadi sorotan. Setelah satu tahun penuh turbulensi akibat beban pajak sekali bayar yang menekan bottom line, 2026 diperkirakan menjadi titik balik. Di tengah stabilisasi industri rokok dan tidak adanya kenaikan cukai, HMSP diproyeksikan mencatat pertumbuhan laba bersih lebih dari 30%—sebuah lonjakan yang sejak lama dinanti investor.
Berikut peta besarnya: pemulihan pajak, perbaikan daya beli, dan cukai yang tak naik menjadi fondasi kebangkitan kinerja HMSP.
1. Arah Angin Berubah: Dari Tekanan Pajak ke Lonjakan Laba
Tahun 2025 bisa dibilang bukan tahun terbaik HMSP. Meski laba kotor naik dua digit, bottom line justru tergerus hampir 14% hingga September. Biang keroknya: beban pajak sekali bayar dari Surat Ketetapan Pajak yang mencapai ratusan miliar.
Tapi situasinya berubah total di 2026.
Konsensus sembilan analis yang dihimpun Bloomberg memproyeksikan laba bersih HMSP menembus Rp9,20 triliun, melompat 31,49% YoY. Setelah tekanan 2024 dan pemulihan moderat 2025, kenaikan tajam ini menjadi indikasi kuat bahwa beban pajak non-rutin tak lagi menghantui laporan keuangan tahun depan.
Beberapa sekuritas bahkan lebih optimistis. Proyeksi paling agresif datang dari Sucor Sekuritas yang memperkirakan laba bersih Rp11,45 triliun. Sementara estimasi paling konservatif dari MNC Sekuritas berada di Rp8,08 triliun.
Signalnya jelas: kinerja HMSP tinggal menunggu waktu untuk kembali normal, dan normalnya HMSP bukanlah angka kecil.
2. Penopang Kinerja: Cukai Tak Naik, Volume Menstabil, Daya Beli Pulih
Katalis pemulihan HMSP pada 2026 tidak berdiri sendiri. Industri rokok mendapat “ruang bernapas” setelah pemerintah menahan kenaikan tarif cukai produk tembakau (CHT) untuk periode 2025–2026. Keputusan ini sangat strategis mengingat struktur biaya rokok sangat bergantung pada cukai.
Dengan cukai yang stagnan, biaya dapat ditekan, harga jual tidak perlu didorong terlalu agresif, dan penurunan volume bisa diperlambat.
Beberapa analis memperkirakan volume HMSP mencapai titik terendah pada 2025 dan mulai stabil sepanjang 2026. Ini menandakan elastisitas harga mulai mereda dan konsumen kembali menyesuaikan diri dengan harga baru.
Dari sisi pendapatan, konsensus memperkirakan top line HMSP naik menjadi Rp122,32 triliun tahun depan atau tumbuh 5,18% YoY. Setelah dua tahun pertumbuhan yang fluktuatif, laju moderat ini menandakan stabilisasi yang sehat.
Perbaikan daya beli masyarakat juga membantu. Dengan inflasi yang lebih terkendali dan ekonomi yang bergulir lebih stabil, konsumsi rokok di segmen premium maupun value diperkirakan ikut terdongkrak.
3. PR Besar: Sengketa Pajak Lebih dari Rp1 Triliun
Meskipun prospeknya cerah, bukan berarti HMSP meluncur mulus tanpa hambatan. Perseroan masih memiliki pekerjaan rumah besar terkait klaim dan keberatan pajak yang totalnya mencapai triliunan rupiah.
Per September 2025, jumlah ketetapan pajak yang masih dalam proses keberatan dan banding mencapai Rp4,05 triliun, terdiri dari klaim restitusi pajak penghasilan badan sebesar Rp2,69 triliun dan pajak lain-lain Rp1,37 triliun.
Hasil sengketa ini sangat krusial. Jika HMSP memenangkan keberatan atau banding, beban pajak berpotensi menyusut drastis dan memperkuat laba bersih. Sebaliknya, kekalahan dapat menambah tekanan signifikan ke bottom line tahun-tahun mendatang.
Namun, sejauh ini manajemen telah mencatat beban tambahan terkait pajak ke laporan laba rugi—sebuah langkah konservatif yang biasanya dihargai investor karena menggambarkan kehati-hatian.
4. Apa Artinya untuk Investor? Dividen Lebih Menarik dan Valuasi Potensial Naik
Untuk investor dividen, HMSP tetap menjadi salah satu mesin kas terbaik di pasar modal Indonesia. Dengan prospek laba yang membaik dan tidak adanya tekanan cukai baru, potensi pembagian dividen 2027 (berdasarkan kinerja 2026) semakin besar.
Dua sinyal penting menonjol:
- Tanpa kenaikan cukai 2026 → margin lebih longgar
- Pemulihan laba → payout ratio HMSP yang historisnya tinggi bisa kembali optimal
Jika prediksi pertumbuhan laba dua digit terealisasi, yield dividen HMSP dapat kembali bersaing setelah beberapa tahun menurun.
Sementara dari sisi valuasi, pemulihan industri rokok dan redaman risiko pajak bisa menarik kembali investor institusi yang sempat mengurangi eksposur. Sektor consumer staples biasanya pulih lebih cepat ketika faktor fiskal dan regulasi menormalkan diri.
Kesimpulan: Tahun 2026 Bisa Jadi “Comeback Year” HMSP
Jika 2024–2025 adalah periode menahan napas, maka 2026 berpotensi menjadi tahun HMSP menarik tuas gas penuh.
Pemulihan laba dua digit, cukai yang tak naik, perbaikan daya beli, dan peluang restitusi pajak menjadi kombinasi sempurna untuk kembalinya HMSP sebagai raksasa consumer goods dengan margin stabil dan dividen menggoda.
Satu-satunya variabel yang masih harus diwaspadai investor adalah proses sengketa pajak yang bernilai besar. Namun selama tidak muncul kejutan baru, arah pemulihan sudah terbentuk jelas.
Bagi investor yang mengincar sektor defensif, HMSP mungkin
sedang memasuki fase yang lama ditunggu:
normalisasi kinerja – dengan potensi kejutan positif.
0 Komentar